Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Indonesia Djember (Persaid) jelang pertandingan. Foto: kumparan
Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Indonesia Djember (Persaid) jelang pertandingan. Foto: kumparan

Pelaksanaan turnamen sepak bola amputasi yang sedang memperebutkan Piala Bupati Jember berjalan terseok-seok.

Panitia menderita kesulitan untuk membiayai kegiatan tersebut, karena bantuan dana dari Pemkab Jember tidak tersedia.

Pemkab Jember memakai alasan rasionalisasi APBD 2023. Sehingga, wujud bantuan sebatas dukungan fasilitas yang cuma memenuhi sebagian kebutuhan semestinya.

"Hanya fasilitasi tempat. Akomodasi yang tidak bisa full," kata Asisten III Sekretariat Pemkab Jember, Widodo Julianto.

Widodo mengaku tidak dapat berbuat banyak dalam membantu turnamen. Kendati mengakui tim sepak bola amputasi berkontribusi mengharumkan nama Jember.

"Bagaimana pun mereka itu pernah menunjukkan prestasi mewakili nama Jember (dalam Piala Dunia Amputasi) di Turki. Sebenarnya, kita sayangkan. Tapi, inilah keterbatasan kita," dalihnya.

Menurut dia, bantuan dana semula dianggarkan sesuai janji Bupati Jember, Hendy Siswanto. Namun, belakangan ada kebijakan rasionalisasi anggaran secara massal.

"Kita lakukan efisiensi. Tidak main-main besarnya mengurangi semua anggaran cukup siginifikan. Kita coba support dengan yang lain," tukas Widodo.

Turnamen sepak bola amputasi berlangsung di Stadion Notohadinegoro dalam rentang waktu tanggal 15-19 Maret 2023.

Enam tim yang berpartisipasi:

  1. Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Indonesia Djember (Persaid)

  2. Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Surabaya (Persas)

  3. Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Madura (Persam)

  4. Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Banyuwangi (Persawangi)

  5. Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Malang (Persama)

  6. Pasuruan Amputee Football Club (PAFC).

Ketua Panitia, Sugianto, membeberkan, bantuan berupa penginapan peserta di Hotel Kebonagung milik Pemkab Jember, bus antar-jemput, tempat pertandingan, dan konsumsi nasi kotak.

"Padahal, yang dibutuhkan 120 nasi kotak setiap hari. Ini kami bingung cari sisa kekurangannya," keluh pria yang juga Wakil Ketua Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI) itu.

Panitia tidak habis pikir dengan keputusan peniadaan anggaran. Sebab, jauh-jauh hari telah dipersiapkan matang dengan menggelar audiensi bersama Bupati Hendy di bulan Maret 2022 silam.

"Kami sudah ada persetujuan dari bupati. Sebelum pemain kami mengikuti kualifikasi Piala Dunia di Bangladesh, kami beraudiensi dengan bupati dan merencanakan akan ada Piala Bupati. Pak Bupati mempersilakan," kenang Sugianto.

Pertemuan lanjutan antara pegiat sepak bola amputasi dengan Bupati Hendy kembali digelar pada bulan Oktober 2022. Tepatnya, setelah empat pemain Persaid dari mengikuti Piala Dunia di Turki.

Ketika itu memang Bupati Hendy menyatakan kesiapannya untuk mendukung turnamen Piala Bupati. Ia memerintahkan Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Jember untuk menindaklanjuti.

“Persaid adalah bagian dari cabang olahraga tersendiri yang bisa diteruskan. Dispora bisa mendukung kegiatan Persaid ke depan,” kata Hendy, di Pendapa Wahya Wibawa Graha, Kamis, 20 Oktober 2022 lalu.

Pegiat sepak bola amputasi menaruh banyak harapan ke Dispora pasca pertemuan dengan Bupati Hendy. Mereka pun mempersiapkan pelaksanaan turnamen.

Sebulan jelang event dimulai, PSAI berkomunikasi dengan Dispora. Namun, mendapat jawaban tiada anggaran untuk acara Piala Bupati. Dispora justru menyarankan untuk mencari sponsor yang membuat panitia seketika gelagapan.

"Kami bingung mencari anggaran. Donasi belum ada sama sekali. Karena tajuknya Piala Bupati, mereka mengatakan 'kan sudah ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Pak Bupati minta final di alun-alun, tapi kami tidak ada support berjalan seadanya saja'," keluh Sugianto.

Pelatih Persaid, Rixhie Saputra, kecewa berat. Turnamen kepalang tanggung. Mau tidak mau dilaksanakan turnamen walau harus menelan kenyataan pahit.

"Pemain Persaid mengalah, tidak menginap di hotel, tapi di rumah teman yang jadi basecamp. Juga tidak menerima konsumsi, karena keterbatasan anggaran tadi. Kami mencari sendiri," bebernya.

Kesulitan anggaran sangat terasa berat. Bahkan, uang muka untuk membeli Piala Bupati belum terbayarkan karena saking seretnya pendanaan.

"Konsep kami, piala itu berbentuk seperti ikon Jember tandon air Pasar Tanjung dan ada tongkat sebagai logo sepak bola amputasi. Kami sudah mendesain itu dan sampai saat ini masih mencari anggaran," ucap Rixhie.

Gerbang Fakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *