
Setelah secara resmi diajukan oleh Pemerintah Indonesia pada 2021 silam, status Sumbu Filosofi Yogya sebagai salah satu Warisan Dunia akan diumumkan oleh UNESCO pada September 2023 mendatang, Hasil penilaian UNESCO akan diumumkan melalui sidang yang digelar Komite Warisan Dunia UNESCO di Riyadh, Arab Saudi.
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk UNESCO, Ismunandar, dalam webinar yang digelar oleh Dinas Kebudayaan DIY pada Selasa (18/4) kemarin.
“Kita berharap bahwa proses panjang ini akan berbuah pada sidang di September nanti, sidangnya akan berlangsung di Riyadh, Saudi Arabia, akan berujung pada Yogyakarta mendapatkan label Warisan Dunia UNESCO,” kata Ismunandar, Selasa (18/4).
Ismunandar mengatakan bahwa sampai saat ini Indonesia sudah memiliki sembilan situs Warisan Dunia yang terdiri atas lima Warisan Budaya Dunia seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, Sistem Pengairan Subak di Bali, dan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto; serta empat Warisan Alam Dunia seperti Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Lorentz, serta Taman Hutan Hujan Tropis Sumatra.
“Kalau Sumbu Filosofi ditetapkan sebagai Warisan Dunia, berbarti akan bertambah lagi nanti Warisan Budaya Dunia yang ada di sekitar Yogyakarta,” ujarnya.

Ismunandar menjelaskan ada empat kemungkinan hasil sidang UNESCO pada September mendatang, pertama inskripsi, yakni Sumbu Filosofi Yogya memiliki Nilai Universal yang Luar Biasa (OUV) dan memenuhi persyaratan manajemen dan perlindungan sehingga bisa ditetapkan sebagai Warisan Dunia.
Kedua dikembalikan, yang artinya Sumbu Filosofi Yogya memiliki OUV namun kondisi pengelolaan dan perlindungannya belum memuaskan sehingga diberi waktu tiga tahun untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Yang ketiga ditangguhkan, yakni situs Sumbu Filosofi Yogya masih membutuhkan bukti lebih lanjut tentang potensi OUV yang dimiliki dan diminta menyerahkan berkas baru.
“Dan yang keempat, yang paling tidak kita harapkan adalah tidak diinskripsikan. Artinya situs ini dinilai tidak memiliki OUV atau tidak memiliki Nilai Universal yang Luar Biasa,” kata dia.
Namun, Ismunandar menekankan bahwa label penetapan Warisan Dunia oleh UNESCO bukanlah tujuan akhir. Sebaliknya, hal itu justru menjadi awal dari suatu tanggung jawab untuk menjaga kelestarian warisan tersebut.
Jika nantinya Sumbu Filosofi Yogya ditetapkan jadi Warisan Dunia, namun dalam pengelolaannya bermasalah, maka tidak mungkin statusnya akan dikeluarkan dari daftar Warisan Dunia.
“Jadi status Warisan Dunia ini bukan tujuan akhir, tapi awal dari pengelolaan Sumbu Filosofi Yogyakarta yang lebih baik lagi,” kata Ismunandar.

