Pohon Darah Naga di Pulau Socotra di Yaman. Foto: javarman/Shutterstock
Pohon Darah Naga di Pulau Socotra di Yaman. Foto: javarman/Shutterstock

Pulau Socotra bisa dibilang menjadi salah satu tempat paling unik di Bumi, karena dipenuhi mitos dan kehidupan tumbuhan aneh. Namun, belakang pemandangan alam yang indah di sana semakin terancam karena dampak dari perang sipil di Yaman, salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Socotra terletak di Samudra Hindia sekitar 340 kilometer lepas pantai Yaman, tidak jauh dari ujung Somalia di mulut Teluk Aden. Secara teknis, Socotra masuk dalam wilayah kepulauan, terdiri dari empat pulau di mana Socotra menjadi pulau terbesar.

Pulai ini terkenal dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya yang unik, mencakup banyak spesies yang tidak ditemukan di tempat lain. Menurut UNESCO, 37 persen dari 825 spesies tanaman Socotra, 90 perseb spesies reptilnya, dan 95 persen spesies siput daratnya tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.

Salah satu spesies paling ikonik yang ditemukan di sini adalah Pohon Darah Naga, pohon dengan bentuk aneh yang dapat mengeluarkan getah merah seperti darah dari batangnya. Inilah yang membuatnya dijuluki sebagai Pohon Darah Naga.

Legenda mengatakan Socotra adalah tempat Cain dan Abel dilahirkan setelah Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Menurut cerita setempat, Pohon Darah Naga muncul ketika Cain melakukan pembunuhan pertama dalam sejarah manusia. Cain merenggut nyawa Abel, menumpahkan darah ke tanah dan membiarkan pohon itu tumbuh seperti pupuk.

Pulau Socotra, Yaman Foto: Instagram: SocotraIsland
Pulau Socotra, Yaman Foto: Instagram: SocotraIsland

Pohon Darah Naga dikenal sebagai Dam al-Akhwain dalam bahasa Arab, yang jika diterjemahkan menjadi “darah dua bersaudara”. Bahkan nama Socotra sendiri konon berasal dari bahasa Arab, asal kata “suqs qutra” yang artinya “pasar darah naga”. Karena keindahan alamnya, pulau ini terkadang dikenal sebagai “Permata Teluk Aden” atau "Galápagos Samudra Hindia".

Terlepas dari cerita dan spesiesnya yang aneh, pulau Socotra kini tengah dihadapkan pada kehancuran akibat konflik dan perubahan iklim. Sebuah penelitian tahun 2007 menyebut jumlah Pohon Darah Naga terancam berkurang, bahkan hingga setengahnya dalam abad ini sebagai akibat dari penggerusan pulau.

Selain itu, karena secara historis Socotra merupakan bagian dari Yaman, pulau tersebut sekarang terancam akibat perang sipil. Ditambah, saat ini Yaman jatuh di bawah pengaruh Uni Emirat Arab (UEA).

Pohon Botol di Pulau Socotra, Yaman. Foto: Olga Grinblat/Shutterstock
Pohon Botol di Pulau Socotra, Yaman. Foto: Olga Grinblat/Shutterstock

UEA mengerahkan pasukan militer ke pulau tersebut pada 2018 sebagai bagian dari intervensi yang dipimpin oleh Arab Saudi dalam Perang Saudara Yaman. Meski tidak ada pertumpahan darah, mereka secara efektif telah menginvasi pulau Socotra dan membangun kembali politik di sana.

UEA dituduh akan mengubah pulau Socotra menjadi resor pos militer sekaligus tempat wisata. Kritikus juga mengeklaim orang-orang UEA mencoba menyelundupkan tumbuhan dan hewan yang dilindungi ke luar pulau Socotra untuk tujuan perdagangan ilegal. Setelah bertahun-tahun terjadi konflik politik yang rumit, Southern Transitional Council yang didukung UEA akhirnya mengambil alih pulau.

Kini, Socotra masih terjebak dalam konflik tersebut, meski sebenarnya ada harapan. Terlepas dari masalah yang dihadapi Socotra dan Pohon Darah Naga yang ikonik, masih ada upaya konservasi berkelanjutan yang diharapkan dapat melestarikan kekayaan yang tersimpan di pulau aneh Socotra.

Gerbang Fakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *