Sri Wulaningsih. Dok: @satreskrimpolrespandeglang
Sri Wulaningsih. Dok: @satreskrimpolrespandeglang

Mahasiswi semester 3 UIN SMH Banten, Sri Wulaningsih (20 tahun), mengarang cerita menjadi korban penculikan dan penganiayaan hingga membuat laporan palsu ke Polsek Menes pada 1 April 2023.

Kala itu, Sri mengaku diculik saat sedang menunggu bus di Halte Cimanying, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, untuk berangkat ke kampusnya di Kota Serang pada sehari sebelumnya.

"Saat bus tiba, saya dipukul di bagian leher belakang hingga tak sadarkan diri, saya dinaikkan ke bus masih setengah sadar. Kemudian saya diminta selfie di bus. Lalu diturunkan di tengah jalan, disuruh naik Avanza silver sama 3 orang yang tak dikenal," ungkap Sri kala itu.

Sri mengaku dibentak para penculik hingga dianiaya dan dicium sampai akhirnya diturunkan di dekat SPBU Palima, Kota Serang.

"Saya diinterogasi, dicium, dan dipaksa minum obat. Saya enggak tahu itu obat apa. Kemudian saya dinaikkan lagi ke dalam mobil, terus diturunkan di dekat SPBU Palima," kata Sri.

Sekarang terungkap itu semua kebohongan. Sri begitu karena takut terhadap pacarnya yang bernama Rafli dan orang tuanya.

Seperti pada sebuah video yang diunggah akun @satreskrimpolrespandeglang pada Senin (29/5), Sri memberikan klarifikasi terkait laporan dugaan penculikan dan penganiayaan dirinya ke Polsek Menes tidak benar adanya.

"Saya mau menjelaskan terkait laporan saya ke Polsek Menes pada 1 April, adanya dugaan penculikan dan perbuatan tidak menyenangkan itu tidak benar. Bahwasanya hari itu saya pergi ke rumah teman saya dan diantarkan ke Palima. Kenapa saya melakukan itu? Karena adanya tekanan dari pacar saya dan takut kepada orang tua," ungkap Sri dalam video berdurasi 42 detik tersebut.

Penjelasan Polsek Menes

Kanit Reskrim Polsek Menes Aiptu Aan Andriansyah membenarkan bahwa Sri telah membuat laporan dugaan penculikan, namun saat ini laporan tersebut telah dicabutnya lantaran tidak benar terjadi.

Diakui Aan, terungkapnya laporan palsu tersebut setelah pihaknya melakukan serangkaian penyelidikan dan memeriksa sejumlah CCTV yang berada di TKP namun tidak ditemukan adanya unsur penculikan.

"Kita gelar, kita periksa lagi, dan saya yakinkan, saya cek beberapa CCTV untuk petunjuk, tapi tidak ada (penculikan). Akhirnya saya bicara (dengan Sri) dari hati ke hati, akhirnya (Sri) bicara, dia mau jujur, kata dia, penculikan itu memang tidak ada," kata Aan saat dikonfirmasi, Senin (29/5).

"Saya bilang dia untuk bikin pernyataan pencabutan perkara kalau memang tidak benar, karena kalau (laporan polisi) dicabut itu harus ada alat-alat bukti yang lain," lanjutnya.

Ilustrasi pacar yang kasar. Foto: charnsitr/Shutterstock
Ilustrasi pacar yang kasar. Foto: charnsitr/Shutterstock

Dijelaskan Aan, bahwa Sri membuat laporan palsu dugaan penculikan dan penganiayaan lantaran takut usai diancam sang pacar untuk menyerahkan sejumlah uang.

Lanjut Aan, hal itu terungkap saat pihaknya melakukan pemeriksaan terhadap handphone (hp) milik Sri Wulaningsih dan ditemukan adanya sejumlah chat dari sang pacar yang kerap meminta sejumlah uang.

"Dan betul pengakuan Wulan itu dan saya juga baca chat dari pacarnya, betul ada transaksi, ada uang yang masuk atas nama Rafli. Memang waktu itu dia berbohong karena takut sama pacarnya. Intinya dia alasan ke orang tuanya mau ke kampus, eh tidak tahunya janjian sama Rafli (pacarnya), sama pacarnya tapi tidak jadi karena dia telepon temennya. Jadi ketemuannya sama temennya, tapi sama si Rafli ini tidak ketemu," paparnya.

Orang Tua: Sri Sudah Habis Rp 38 Juta

Ayah Sri, Acep, mengatakan putrinya bukan tanpa alasan harus berbohong menjadi korban penculikan dan penganiayaan hingga membuat laporan kepolisian.

Pasalnya, kata Acep, saat itu putrinya dipaksa dan diancam untuk menyediakan uang sebesar Rp 4 juta oleh sang pacar namun uang yang diminta tidak ada.

"Hari itu diancam harus ada Rp 4 juta, setelah dijumlah ada bukti pengiriman ternyata (Sri) sudah abis Rp 38 juta diperas sama si Rafli (pacar Sri). Dia takut tapi salahnya enggak bicara ke orang tua. Makanya bikin kronologi (penculikan) karena takut diancam dianiaya," ungkap Acep saat dikonfirmasi, Senin (29/5).

"Dan bapak ini punya penyakit jantung, jadi itu alasan dia enggak bicara ke orang tua. Karena uang enggak ada hari itu, diminta Rp 4 juta, maka bikin kronologi (penculikan), ancamannya mau bakar rumah kalau enggak ada uang itu," lanjutnya.

Diakui Acep, bahwa dirinya pun telah mendapatkan pengakuan dari pacar sang anak mengenai pemerasan yang dilakukan hingga berencana melaporkan hal itu ke pihak berwajib.

"Mau (dilaporkan), bukti ada, dan pengakuan (Rafli) juga ada, bahkan ada niat buat mengembalikan, dia mau ketemu sama saya tapi saya enggak mau," ujar Acep.

Gerbang Fakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *