Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan
Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan

Perusahaan kelapa sawit, Musim Mas Group, melakukan pelatihan dan pemberdayaan kepada para petani swadaya. Terutama untuk membangun budaya yang berkelanjutan.

Petani swadaya merupakan petani sawit yang membiayai, mengelola, dan memperlengkapi secara mandiri, dan tidak terikat pada satu perusahaan mana pun. Di mana, petani swadaya biasanya mengelola lahan sawit di bawah 20 hektare.

General Manager of Programs & Projects Musim Mas Plantation, Robert Eugene Nicholls mengatakan, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani sawit, khususnya petani swadaya.

Pertama, produktivitas yang masih rendah. Robert menyebut, produktivitas sawit yang dihasilkan para petani swadaya ini 20-30 persen lebih rendah dibanding perusahaan besar.

“Ini berkaitan dengan bibit dan pupuk, yang disebabkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai praktik perkebunan yang baik,” ujarnya kepada para wartawan, Rabu (7/6).

Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6).  Foto: Dok. Istimewa
Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6). Foto: Dok. Istimewa

Kedua, petani swadaya tidak memiliki akses modal dan dukungan keuangan untuk penanaman kembali (replanting) guna mencegah deforestasi serta pertanian terbang dan bakar.

Ketiga, petani swadaya juga tidak memiliki akses pasar. Untuk itu, Musim Mas aktif mendampingi agar par petani swadaya bisa naik kelas.

Robert menjelaskan, ada dua pendekatan atau program yang dijalankan perusahaan untuk petani swadaya yakni, program training of smallholders yang sudah dijalankan sejak 2017, dan program training of trainers: smallholders hub yang berjalan pada 2020.

“Sebagai salah satu pemain utama di industri kelapa sawit, Musim Mas beraspirasi untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab bagi petani swadaya di era baru ini dengan berbagai inovasi yang muncul,” jelas Robert.

Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan
Musim Mas Group sedang memberikan pelatihan kepada para petani swadaya di Siak, Riau, Rabu (7/6/2023). Foto: Sinar Utami/kumparan

Termasuk menjembatani para petani swadaya ini untuk mengakses sertifikasi Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) agar hasil sawitnya bisa diakui secara global.

Robert menyebut, melalui program training of smallholders, perusahaan juga turut serta membantu petani menjual kredit RSPO. Di mana, total kredit RSPO yang terjual sudah mencapai 1,31 juta USD atau sekitar Rp 18,69 miliar sejak 2020.

“Kredit tersebut yang kami gunakan untuk para petani swadaya, termasuk mendaftarkan mereka untuk mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan,” katanya.

Adapun saat ini Musim Mas sudah mendampingi 3.537 petani swadaya untuk mendapati sertifikasi RSPO dan 1.600 petani swadaya yang tersertifikasi ISPO.

Curhat Para Petani Swadaya Sawit

Joko Prasetyo, Ketua Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan Siak, Riau. Foto: Sinar Utami/kumparan
Joko Prasetyo, Ketua Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan Siak, Riau. Foto: Sinar Utami/kumparan

Salah satu dibina Musim Mas adalah para petani yang tergabung dalam Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan di Siak, Riau.

Joko prasetyo, ketua asosiasi petani di sana mengatakan, sebelum mengikuti program dari Musim Mas para petani cukup kesulitan untuk mengelola kebunnya secara berkelanjutan.

“Kita tidak tahu cara merawat sawit yang baik mulai dari memberi pupuk hingga menyusun pelepahnya dengan benar, setelah kita praktikan itu semua, baru terasa manfaatnya,” tutur dia.

Joko menyebut, saat ini dirinya memiliki anggota sekitar 496 petani dengan luas lahan 1.800 hektare yang sudah tersertifikasi RSPO. Ditargetkan jumlah tersebut bertambah, bisa mencapai 746 anggota dengan luas lahan 2.300 hektare hingga akhir tahun ini.

“Saat awal-awal sangat sulit menjaring anggota, karena takut ada keterikatan dari Musim Mas. Tapi seiring berjalannya waktu, para petani sudah mulai paham manfaat ikut program perusahaan, apalagi hasil panen sawit kami tidak dipaksa dan diwajibkan untuk menjualnya ke Musim Mas,” tutup Joko.



Gerbang Fakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *