
Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir, mendorong ide agar sebaiknya jumlah pemain naturalisasi dalam sebuah klub sepak Indonesia cukup satu. Ia menyebut bahwa naturalisasi tidak boleh membunuh pembinaan pemain muda.
Itu merupakan salah satu poin dari sarasehan sepak bola Indonesia yang dilaksanakan di Surabaya pada 4 Maret lalu. Erick lantas mencoba untuk meluruskan maksud perkataannya terkait naturalisasi tersebut.
"Kita tak bisa menutup mata sebagai bangsa besar yang penduduknya ratusan juta sekarang, kita punya diaspora-diaspora di berbagai negara. Nah, kenapa tidak kita memanfaatkan diaspora-diaspora tersebut. Mereka juga bagian bangsa kita yang bisa mengibarkan merah putih," katanya kepada wartawan di acara Rapat Anggota KOI di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (6/3).
"Nah, tetapi naturalisasi itu enggak boleh menjadi jalan singkat yang selalu membunuh pembinaan. Kan itu, keseimbangannya mesti terjadi, dan konteks-konteks daripada naturalisasi di dunia olahraga sekarang di indonesia pun sudah sesuatu yang bukan tabu."

"Tetapi yang saya ingin ketuk hatinya, enggak boleh menjadi jalan singkat semua naturalisasi, gitu, kan. Kalau enggak, buat apa pembinaan? Atlet-atlet Indonesia yang dari bawah apa semua gitu," tambahnya.
Erick Thohir tidak bersikap 'anti' terhadap naturalisasi. Ia ingin itu menjadi salah satu cara memajukan Timnas Indonesia.
"Naturalisasi yang ada di sepak bola menurut saya harus menjadi bagian solusi untuk tim nasional, bukan jalan singkat klub-klub mencari prestasi. Kita tak boleh menutup mata kita ketika ada klub-klub yang pemain asing dan naturalisasinya mendominasi klub tersebut, tidak salah, tapi hati kecil kita ke mana? merah putih kita," bebernya.
"Yang dulunya naturalisasi hanya klub melobi pemerintah, disetujui oleh DPR, ke depannya kita ingin memperbaiki proses naturalisasi itu oleh PSSI, untuk kepentingan nasional. Kalaupun main di klub [Indonesia] boleh saja, tetapi bukannya sekarang kita dibanjiri dengan pemain naturalisasi. Ini bukan salah dan benar, ini pilihan," tandasnya.

