Mungkin kalian pernah lihat di media sosial: sebuah akun thrift menjajakan satu potong kaus lusuh, serupa sumbangan bencana alam, namun dengan harga belasan juta rupiah. Tentu bikin kaget, meski sebenarnya ini bukan sesuatu yang mengherankan. Dalam perkara hobi, perkara kegemaran, nilai riil dan harga tidak selalu ketemu di satu ujung; keduanya bisa jadi dua hal yang sangat bertolak belakang.
Cara kita memandang benda, apa pun itu, sering kali punya bias lingkungan. Benda-benda yang kita anggap sepele bisa jadi punya nilai tinggi di sekelompok orang lain. Cara kita memaknai dan memberikan nilai juga berbeda. Misalnya pada pakaian dan mainan. Kita cenderung menilai sesuatu dari pijakan di mana kita tinggal.
Misalnya dalam kaus-kaus vintage dan thrift. Dua pijakan yang sama sahnya bisa hadir. Buat orang sederhana, tujuan datang ke thrift adalah untuk mendapat barang berkualitas dengan harga yang lebih murah. Mereka cenderung nggak peduli sama merk; asal bagus, murah, dan masih bisa dipakai. Nggak masalah.