
Federasi Internasional Palang Merah (IFCR) dan Bulan Sabit Merah menyatakan, mustahil mengirimkan bantuan kemanusiaan ke ibu kota Sudan, Khartoum. Mereka memperingatkan sistem kesehatan di sana akan segera runtuh.
Pernyataan dua organisasi kemanusiaan pada Selasa (17/4) itu terkait perang saudara di Sudan. Perebutan kekuasaan antara militer melawan kelompok paramiliter pecah sejak akhir pekan lalu, dan menyebabkan lebih dari 200 orang warga sipil kehilangan nyawa.
Kondisi seperti itu membuat warga sipil Sudan membutuhkan bantuan kemanusiaan dan kesehatan. Namun, bantuan belum bisa dipastikan kapan akan diterima warga Khartoum.

"Faktanya saat ini hampir mustahil mengirimkan layanan kemanusiaan apa pun ke sekitar Khartoum," kata Kepala Delegasi IFRC di Sudan Farid Aiywar seperti dikutip dari Reuters.
"Ada telepon dari berbagai organisasi dan warga yang mengabarkan mereka terjebak dan butuh evakuasi," sambung dia.
Aiywar menambahkan, Sudan sudah masuk ke dalam gangguan sistem kesehatan. Jika tidak segera diperbaiki maka akan runtuh dalam waktu dekat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tiga fasilitas kesehatan di Khartoum menjadi korban serangan. Sebanyak tiga orang tewas akibat serangan di fasilitas kesehatan.
WHO meminta agar pihak-pihak bertikai segera menghentikan aksi kekerasan.

"Serangan ke fasilitas kesehatan adalah pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan dan hak untuk sehat, dan mereka harus berhenti sekarang," ucap jubir WHO Margaret Harris.
Harris menjelaskan, kini rumah sakit di Khartoum kekurangan pasokan alat medis penyelamat hidup. Pemadaman listrik di sana turut memperburuk situasi memberikan layanan dasar kesehatan.
"Sangat berbahaya bagi siapa pun berpindah tempat, ini membuat staf medis sulit berangkat ke rumah sakit," ujar Harris.