Ilustrasi Pengaruh Strict Parents Terhadap Perkembangan Dan Kesehatan Mental Anak l Sumber: Shutterstock
Ilustrasi Pengaruh Strict Parents Terhadap Perkembangan Dan Kesehatan Mental Anak l Sumber: Shutterstock

Pada berkembangnya zaman bukan berarti pola asuh strict parents sudah menghilang. Mulai dari budaya di mana orang tua dianggap sebagai tuhan kedua, hingga kesadaran pola asuh yang baik mulai diterapkan.

Tetapi, meski banyak masyarakat yang aware terhadap pola asuh yang baik, terkadang orang tua tidak menyadari bahwa perilaku mereka memuat unsur strict parents yang , berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan mental anak.

Lalu, bagaimana agar kita dapat terhindar dari penerapan strict parents dan apa saja dampak yang akan diperoleh anak di masa depan?

Strict parents merupakan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter yang ketat dan keras kepada anak. Menurut Santrock (1998) pola asuh otoriter, yaitu pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman (kekerasan) dengan cara orang tua memaksakan kehendaknya.

Ilustrasi anak dengan orang tua bercerai. Foto: Prostock-studio/Shutterstock
Ilustrasi anak dengan orang tua bercerai. Foto: Prostock-studio/Shutterstock

Sehingga orang tua dengan pola asuh otoriter memegang kendali penuh dalam mengontrol anak-anaknya. Tipe pola asuh ini disebut juga dengan authoritarian parenting style.

Tipe authoritarian parenting style pada umumnya menerapkan gaya asuh yang keras, tidak fleksibel, mengekang, dingin, dan cenderung tidak suportif.

Mereka mengharapkan anak harus menuruti aturan-aturan mereka tanpa mengizinkan anak untuk menyuarakan pendapat atau mempertanyakan keputusan orang tua.

Pada titik ini, orang tua melanggar hak kebebasan dan menghambat aliran ide bebas anak. Mereka mempengaruhi masalah perilaku, harga diri menjadi rendah, masalah pengendalian diri, perkembangan dan masalah kesehatan mental anak.

Ciri-ciri Perilaku Strict Parents

  • Mudah emosi

  • Tidak suportif

  • Kurang dalam memberikan kasih sayang

  • Memiliki sikap “orang tua selalu benar”

  • Memiliki harapan tinggi yang tidak realistis

  • Kurang adanya komunikasi yang baik dengan anak

  • Mengontrol penuh tingkah laku anak dengan sangat ketat

  • Memberikan hukuman yang berat jika anak tidak mematuhi peraturan

  • Menggunakan kata-kata yang memalukan dan kasar pada anak

  • Tidak memperbolehkan anak berpartisipasi dalam mengambil keputusan

Dampak pada Perkembangan dan Kesehatan Mental Anak

Ilustrasi gangguan mental pada anak. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi gangguan mental pada anak. Foto: Shutter Stock

Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis loh, tetapi melibatkan faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Berikut dampak strict parents terhadap perkembangan dan kesehatan mental anak.

  1. Menyebabkan stres hingga depresi

  2. Menimbulkan anger issues

  3. Kecemasan atau anxiety (Affrunti & Woodruff-Borden, 2015)

  4. Menurunnya kreativitas (Fearon, Copeland & Saxon, 2013)

  5. Mengurangi motivasi anak (Landers, Friedrick, Jawad & Miller, 2016)

  6. Cenderung lebih cemas, tertutup, berusaha untuk menjadi sempurna

  7. Terlibat dalam perilaku berisiko (misal: melukai-diri, minum minuman keras, merokok)

  8. Kurang percaya diri

Ada pun biasanya orang tua tersebut memiliki alasan menjadi strict, seperti:

1. Memiliki pengalaman yang sama

Sejak kecil, orang tua dididik dengan pola asuh otoriter di mana hal itu dapat memberikan kemungkinan mereka akan menerapkan hal yang sama kepada anak. Lantaran, orang tua menganggap pola asuh tersebut sebagai budaya yang harus diterapkan dalam mendidik anak.

2. Memiliki Harapan yang tinggi

Strict parents berekspektasi bahwa anak harus menjadi yang sempurna. Keberhasilan prestasi akademik yang tinggi dipandang sebagai prioritas sehingga anak diasuh dengan disiplin ketat guna mencapai harapan orang tua.

Anak dengan pengasuhan ketat cenderung memiliki masalah perilaku antisosial seperti pemberontakkan, kemarahan, agresi, dan kenakalan.

3. Kecemasan pada Masa Lalu

Kegagalan yang dialami orang tua saat mereka masih muda mengakibatkan anak untuk dituntut berjuang memulihkan kegagalan mereka, meskipun itu bukan tugas sang anak. Sebab, jika anak menolak, orang tua akan cemas dan memberikan ancaman berupa hukuman keras.

Ilustrasi orang tua protektif pada anak. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi orang tua protektif pada anak. Foto: Shutter Stock

Nah, berdasarkan dari penjelasan di atas, mungkinkah strict parents dapat mempengaruhi kepribadian sang anak sehingga ketika anak tersebut beranjak dewasa akan meniru perilaku orang tuanya dan akan melampiaskan kepada anak mereka nanti di masa depan?

Hal ini kerap terjadi pada hubungan keluarga di mana ranting budaya strict parents yang turun-temurun tidak dapat diputus jika tidak dari kita sendiri yang mau untuk mengubahnya.

Ironisnya lagi, budaya ini dianggap sebagai hal yang normal dan patut dilakukan demi memberikan output yang sempurna terhadap anak, padahal sebenarnya justru akan menimbulkan hasil yang sangat merugikan.

Penting bagi para orang tua maupun calon orang tua untuk mengedukasi diri mengenai parenting dengan menerapkan pola asuh anak yang baik dan penuh kasih sayang sebab akan berpengaruh terhadap kepribadian, pilihan hidup, dan perilaku anak secara keseluruhan di masa depan.

Tapi jangan khawatir, jika kamu memiliki orang tua yang menerapkan pola asuh strict parents, mungkin Kamu harus melakukan banyak penyembuhan.

Kehilangan masa kecil karena strict parents dapat meninggalkan jejak luka yang sulit disembuhkan. Mencari bantuan profesional untuk membantu kamu dalam melalui perjalanan penyembuhan adalah hal yang tepat. Psikolog dapat memberikan solusi bagi kamu untuk menghadapi strict parents. Kamu tidak harus melalui semua ini sendirian.

Gerbang Fakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *