Para penumpang yang mengenakan masker berjalan di stasiun Shinagawa di Tokyo, Jepang. Foto: Kim Kyung-Hoon/Reuters
Para penumpang yang mengenakan masker berjalan di stasiun Shinagawa di Tokyo, Jepang. Foto: Kim Kyung-Hoon/Reuters

Jepang melonggarkan kewajiban memakai masker skala nasional di sebagian besar tempat umum mulai pekan ini. Masker kini hanya perlu digunakan jika berada di dalam kereta yang penuh sesak dan di rumah sakit atau panti jompo.

Kebijakan ini mulai tampak diterapkan ketika Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida untuk pertama kalinya tiba di kantor tanpa mengenakan masker pada Senin (13/3).

Selain itu, pemerintahannya juga berencana untuk menurunkan klasifikasi virus corona ke tingkat yang sama dengan flu, mulai Mei 2023.

Namun, tampaknya kebanyakan penduduk akan tetap memakai masker seperti biasa, terlepas dari adanya pelonggaran tersebut.

Mereka telah terbiasa untuk memakai masker baik di dalam maupun luar ruangan, bahkan sebelum COVID-19 melanda — terutama selama musim dingin dan demam.

Hal ini dialami oleh salah seorang warga Tokyo bernama Tatsuhiko Ohashi (46 tahun). Dia mengaku, kekhawatiran atas infeksi virus COVID-19 masih tersisa dan dia memutuskan untuk tetap memakai masker guna mencegah tertular tanpa disadari.

Masyarakat menggunakan masker saat berjalan di Stasiun Kokusai-tenjijo, Tokyo, Jepang. Foto: Kevin Coombs/Reuters
Masyarakat menggunakan masker saat berjalan di Stasiun Kokusai-tenjijo, Tokyo, Jepang. Foto: Kevin Coombs/Reuters

“Saya rasa saya akan tetap mengenakan masker untuk saat ini,” ujar Ohashi, seperti dikutip dari AFP.

Penduduk Jepang juga diprediksi tidak akan mulai berani melepas maskernya di tempat umum dalam waktu dekat.

Seorang profesor fakultas psikologi di J.F. Oberlin University di Tokyo, Hajime Yamaguchi, mengatakan fenomena itu berkaitan dengan persepsi orang lain terhadap diri sendiri.

“Orang Jepang sangat khawatir dengan apa yang dipikirkan orang lain dan takut dihakimi jika mereka menjadi orang pertama yang membuka masker mereka,” ungkap Yamaguchi.

Sebaliknya, sambung dia, apabila sudah banyak dari mereka yang mulai berani melepas masker — maka secara perlahan penduduk lainnya juga akan mengikuti.

Orang-orang yang memakai masker berjalan di bawah bunga sakura yang mekar di sepanjang sungai Meguro di Tokyo, Jepang, Minggu (27/3/2022). Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS
Orang-orang yang memakai masker berjalan di bawah bunga sakura yang mekar di sepanjang sungai Meguro di Tokyo, Jepang, Minggu (27/3/2022). Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh NHK pada Februari lalu, setengah dari seluruh koresponden yang disurvei mengaku akan terus memakai masker. Sementara 38 persen lainnya dengan antusias menyambut pelonggaran itu dan hendak melepas masker lebih sering.

Selain dari aspek psikologi, Yamaguchi juga menuturkan bahwa penduduk Jepang tampak sudah nyaman memakai masker itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

“Banyak orang mulai merasa lebih nyaman di balik masker, menyadari betapa meyakinkannya berkomunikasi tanpa memperlihatkan wajah Anda,” jelas dia.

Terkait hal itu, beberapa pengamat memuji kesadaran diri penduduk untuk memakai masker secara sukarela ini. Namun, pemerintah ingin secara bertahap kembali ke keadaan normal — mencabut kembali seluruh pembatasan dan berusaha menstimulasi perekonomian yang sempat terhambat akibat pandemi.

Gerbang Fakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *