
Menko Polhukam Mahfud MD meminta masyarakat dan para pesepakbola untuk memaklumi kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Menurutnya, pemerintah termasuk Presiden Jokowi menghadapi dilema.
"Harap dimaklumi pemerintah, terutama Pak Jokowi menghadapi dilema yang kemudian penyelesaiannya, ya, seperti sekarang ini. Masyarakat harus maklum, adik-adik pesepakbola harus maklum, kemudian dunia politik juga harus maklum," kata Mahfud di Masjid Kampus UGM, Minggu (2/4).
Lalu apa dilema yang dimaksud Mahfud? Dia menjelaskan ada semangat yang luar biasa yang diwariskan Bung Karno yang harus dipedomani.
"Bung Karno pada waktu itu terpaksa keluar dari PBB tidak ikut FIFA tetapi membentuk GANEFO karena dia membela Palestina. Bagi Bung Karno, Israel sebagai negara itu oke tapi dia imperialis karena mendiskriminasi dan merampas hak-hak Palestina," katanya.
"Sehingga selama Israel tidak memberi pengakuan dan mengembalikan wilayah Palestina kepada warga Palestina maka Indonesia tidak akan pernah punya hubungan diplomatik. Itu sikap dasar Bung Karno di dalam Konferensi Asia Afrika, di PBB, dan di dalam kebijakan politik luar negeri yang dianut sampai sekarang," jelasnya.
Di satu sisi Indonesia harus ikut dalam perdamaian dunia. Di sisi lain Indonesia juga perlu terlibat dalam pergaulan dunia salah satunya melalui sepak bola.
"Nah ini juga tuntutan di dalam kita bernegara. Sehingga ada dilema kita dituntut dalam rangka melaksanakan pergaulan dunia yang aman, damai, dan bersahabat itu ikut pesta sepakbola sedunia melalui FIFA tetapi di sisi lain ada soal diplomasi sehingga negara ini dihadapkan pada dilema," ujarnya.

Menurut Mahfud barangkali itu menjadi sebab bagi pemerintah untuk mengambil jalan tengah. "Akhirnya diputuskan sudah tahun ini FIFA tidak jadi di Indonesia. Itu sudah diusahakan jalan tengah tanpa melanggar prinsip Bung Karno yang anti imperialis. Tetapi juga berusaha ikut dalam pergaulan persepakbolaan internasional," katanya.
Berharap Tak Dapat Sanksi Berat
Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah dibayangi sanksi oleh FIFA. Terkait hal ini Mahfud hanya bisa berharap sanksi yang diberikan tidak berat.
"Mudah-mudahan nanti sanksinya ya dari FIFA tidak berat bagi perkembangan sepakbola kita dan itu insyaallah sanksinya tidak akan menyebabkan Indonesia tidak boleh mengikuti kegiatan FIFA. Insyallah tidak sampai situ tapi mungkin ada sanksi-sanksi lain yang kita tunggu saja," katanya
Mahfud mengajak semua pihak untuk jalan sesuai dengan keputusan yang sudah diambil oleh FIFA. "Dan kita tetap akan membuka pintu bermain di FIFA," bebernya.